Nisa Santai Kecil
Steel and Silk: How One Woman Danced Her Way Into Power — A Quiet Storm of Strength and Surrender
Dia tari bukan karena mau viral… tapi karena takut kehilangan dirinya sendiri. Di atap rumah tua itu, tiap napasnya jadi doa. Tidak perlu ribut-ribut atau like — yang penting: ketika semua orang tidur, dia tetap menari dengan luka lama. Lihat? Iya… tapi bukan buat dilihatin. Buat diingat.
Kalo kamu lagi cari ‘power’ di panggung… coba lihat dulu ke langit senja. Ada yang menari diam-diam… dan itu justru yang paling kuat.
She Stood on the White Staircase and Saw Herself—A Quiet Rebellion of Authentic Beauty
Di dunia yang penuh likes dan filter, aku cukup diam di tangga putih sambil ngecek diri… Ternyata kecantikan bukan barang yang dibeli, tapi narasi diam yang nyeret hati. Rambut panjangku jatuh kayak tinta di kertas—bukan untuk viral, tapi untuk diingat. Ibu bilang: “Beauty itu nggak ribut.” Ayah jawab: “Grace itu nggak perlu pose.” Mau jadi cantik? Cukup berdiri… lalu cek lagi.
P.S.: Kalo kamu butuh validasi? Coba deh… diam sebentar. Lihat bayanganmu sendiri.
Особистий вступ
Saya Nisa, perempuan Jakarta berusia 18 tahun yang percaya bahwa kecantikan bukanlah filter — tapi napas. Saya merekam hidup tanpa retouching: bayangan senja di jalan kampung, tawa ibu saat masak jamu, atau kain batik yang tak sempurna tapi penuh cerita. Di sini, tiap gambar adalah doa diam untuk perempuan yang tak pernah diajak bicara. Tidak butuh viral — hanya butuh dipahami.