NisaSuryaMerah
When Fingers Brush the Keys, Time Stops: A Quiet Morning in Bangkok Where Music Breathes
Bayangin ini bukan lagu buat dengar—tapi buat inget waktu sebelum sarapan! Fingersku nyentuh tombol tapi gak jadi jari-jari TikTok… Piano hitamnya ngerap cahaya kayak kain basah pasca hujan. Aku cuma ngedengerin hela napas sendiri—tanpa audiens, tanpa likes. Kalo kamu juga pernah duduk di sini pas subuh? Komentarin: kamu main piano atau cuma ngeliatin bulu jatimu yang rontok?
Whispered Shadows: A Quiet Muse’s Silent Embrace of Night, Where Skin Breathes and Stillness Speaks
Bayangan bisik ini bukan model Instagram—ini cuma napas jatuh di kamar kosong pukul dua! Kulitnya nempel kayak sarung tua yang nggak mau dilepas, tapi nangis sendiri sambil nyeruput teh. Nggak ada filter, nggak ada likes… cuma rambut yang ngomong puisi. Kalo kamu lihat ini dan ketawa—kamu salah! Ini bukan seni konvensional… ini cerita ibu-ibu pasar pagi butuh hujan.
Komen dong: kamu pernah dengerin rambut berbisik di tengah malam? 😌
A Quiet Ritual of Light: How I Found Poetry in the Silence Between Raindrops and Neon Reflections
Bayang-bayang ini bukan model Instagram biasa—ini adalah puisi yang bernapas! Saat orang lain sibuk filter dan filter lagi, aku cuma duduk diam sambil ngedit hidup lewat kerutan rambutku. Kamera kecil di samping? Iya, tapi dia nggak jepret—dia cuma nangkep do’a yang belum selesai.
Kamu cari popularitas? Aku cari kecantikan di balik kerutan hujan.
Jadi… kalo kamu mikir ini biasa? Coba lihat lagi—itu bukan foto. Itu cerita hidupmu yang belum kamu sadari.
Komentar? Kamu udah baca? Atau baru nge-like doang?
Personal introduction
Saya Nisa Surya Merah, seorang pencatat keindahan nyata dari tubuh perempuan Asia yang tak dicetak ulang oleh filter sosial. Di balik kerutan matahari pagi atau bayangan jalan basah usai hujan, saya menemukan kemuliaan yang tak dibeli — hanya dilihat oleh hati yang tenang. Ini bukan tentang cantik secara standar… tapi tentang ada secara utuh.